Minggu, 15 Mei 2016

WARKOP DKI

ARTIKEL WARKOP DKI 




Warkop atau Warkop Prambors, yang juga dikenal dengan Trio DKI ialah grup lawak, awalnya dibentuk oleh Nanu, Rudy Badil, Dono, Kasino [mahasiswa UI, Jakarta] dan Indro [mahasiswa Univ. Pancasila, Jakarta]. Awal kesuksesan mereka dimulai dari Obrolan Santai di Warung Kopi yg merupakan acara lawakan di Radio Prambors setiap Jumat 20.30 samapi 21.15.Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku "Pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. Setelah itu ya nggak usah saja,Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp 20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka.Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkimpoian rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI.Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus. Mereka disebut-sebut sebagai artis dengan honor termahal masa itu.Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal lebih lama karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.
"Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang"
Sumber: http://bimosuper.blogspot.com/2012/05/film-film-warkop-dki.html#ixzz48mQ1bg5O

Biografi pemain Warkop DKI WAHYU SARDONO (DONO - WARKOP)[INFO] Ini Profil Lengkap Anggota Pelawak Legendaris "WARKOP DKI"
Drs. H. Wahjoe Sardono lebih dikenal dengan Dono 


Warkop lahir di Solo 30 September 1951 adalah aktor dan pelawak Indonesia yang bertinggi badan 167 cm serta beragama Islam. Ia juga dikenal sebagai aktor pada akhir 1970-an, tahun 1980-an dan era 1990-an. Dono meninggal pada 30 Desember 2001 akibat Kanker Paru-Paru.Pendidikan: Fakultas Ilmu Sosial - Jurusan Sosiologi, Universitas Indonesia Karir:Penyiar Radio Prambors (1974-1980) Asisten Dosen Jurusan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial UI (1974- 1980) Dosen Jurusan Sosiologi – Fakultas Ilmu Sosial UI Alamat Rumah:Jalan Pulo Asem Utara 13/18, Jakarta Timur. Kabut tebal menyelimuti dunia perlawakan Indonesia. Ahad dini hari 30 Desember 2001 sekitar pukul 00.50 WIB, Drs H.Wahyu Sardono alias Dono Warkop, menghembus napas terakhirnya di kamar no 11 Paviliun Ignatius rumah sakit St Carollus Salemba Jakarta Pusat. Dia meninggal dengan tenang, disamping sahabatnya, Indrojoyo Kusumonegoro karena penyakit kanker dan paru-paru, dan ginjal yang lama dideritanya. Pria kelahiran Solo, 31 September 1951 itu menyusul istrinya, Titi Kusumawardhani yang telah meninggal 14 Agustus 1999 karena serangan penyakit kanker. Dan meninggalkan tiga orang anak, masing-masing Andiko Ario Seno(21), Damar Canggih Wicaksono (15), dan Satrio Sarwo Trengginas 

(10).KASINO HADIWIBOWO (KASINO - WARKOP)
[INFO] Ini Profil Lengkap Anggota Pelawak Legendaris "WARKOP DKI"

Kasino Hadiwibowo (Gombong, Jawa Tengah, 15 September 1950 - Jakarta, 16 Desember 1997) adalah pelawak Indonesia yang tergabung dalam kelompok lawak Warkop.Orangtuanya, dia sendiri, dan bahkan Fakultas Ilmu Sosial UI, tempatnya dulu menuntut ilmu, mungkin tidak pernah membayangkan ia bakal menjadi pelawak. Tetapi dia mengaku bahwa sense of humour dimilikinya sejak dulu. Dari kecil saya sudah suka ngejailin orang tutur Kasino yang panggilan akrabnya Seky (artinya, si pesek). Di kampus, kebetulan Seky bertemu orang-orang yang sealiran, seperti Nanu Mulyono (almarhum) dan Wahjoe Sardono. Jadilah mereka membanyol, meng-kick sana-sini.Keberuntungan Seky bermula di malam Jumat, saat ia dan kawan-kawannya kongkow di radio Prambors, cuap-cuap sekenanya model obrolan di warung kopi. Ternyata, acara begitu banyak peminatnya. Setiap acara tiba, pisang goreng, ketan pakai kelapa parut, dan banyak makanan lain, menumpuk di studio. Kebanyakan yang mengirim ibu-ibu, kata Kasino. Mereka kemudian menjadi laris, sebagai penjual tawa.Di dunia lawak, kehadiran Kasino dan kawan-kawan mengembuskan angin segar. Mereka bukan lagi mengesankan orang udik, tidak makan bangku sekolah, dan mengandalkan plesetan bicara, seperti yang sering dikesankan pelawak sebelumnya. Kelompok Warkop mewakili generasi pelawak terpelajar, yang memiliki warna baru dalam membanyol.Karier dalam film pun terus melaju. Dalam film Maju Kena Mundur Kena, Kasino dan kedua kawannya masuk dalam kelompok artis yang pernah dibayar paling mahal. Melucu dalam film lebih gampang. Kalau dialognya tak lucu, gambarnya bisa dibikin lucu. Hal ini tak bisa dilakukan di atas panggung atau dalam rekaman kaset.Ketika menjadi mahasiswa, Kasino banyak menghabiskan waktu di lereng-lereng gunung bersama Mapala UI. Ia menikahi Amarmini yang biasa dipanggil Mieke.Kasino, wafat pada usia 47 tahun, di selasa malam tanggal 16 Desember 1997, di rumah sakit cipto Mangunkusumo Jakarta Setelah menderita tumor otak. Kasino meninggalkan satu istri dan dua anak.Drs. H. Indrodjojo 




[INFO] Ini Profil Lengkap Anggota Pelawak Legendaris "WARKOP DKI"



















Indro Warkop

Drs. H. Indrodjojo Kusumonegoro lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, 8 Mei 1958, sapaannya adalah Indro, beragama Islam dan bertinggi badan 175 cm adalah salah seorang anggota grup lawak Warkop, grup lawak Indonesia yang terkenal di era 1980-an dan 1990-an. Pendidikan terkahirnya adalah Sarjana Ekonomi, Universitas Pancasila. Hobinya adalah Mengendarai dan Touring dengan Motor Harley Davidson.Indro Warkop atau lengkapnya Indrodjojo Kusumonegoro adalah salah satu personel komedian legendaris Warung Kopi DKI (Warkop DKI) bersama Dono (Wahjoe Sardono) dan Kasino (Kasino Hadiwibowo). Awal Warkop eksis saat diberi kesempatan untuk tampil di Radio Pambors Jakarta untuk mengisi acara obrolan komedi. Indro sendiri saat itu masih kuliah di Universitas Pancasila Jakarta, sementara teman-temanya mahasiswa Universitas Indonesia (UI). Indro yang lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, 8 Mei 1958, mendapatkan peran sebagai Mastowi seorang pria asal Tegal. Namun demikian dirinya beberapa kali juga tampil dengan logat batak di film-film komedinya.Kini Indro yang memiliki hobi mengendarai dan touring dengan Motor Harley Davidson itu tetap aktif sebagai pelawak. Bahkan dipercaya untuk menjadi ketua sebuah persatuan pelawak.Karir:Penyiar Radio Prambors (1977-1980) Pimpinan PASKI (Persatuan Seniman Komedi Indonesia) PROFIL: INDRODJOJO KUSUMONEGORO (INDRO - WARKOP)SEMASA berada di puncak kejayaan, Indrodjoja "Indro Warkop" Kusumonegoro, gemar sekali memboyong keluarganya berlibur ke Eropa dan Australia. Tapi, belakangan ia membawa mereka ke Tanah Suci Mekkah. "Dulu salah jalan gue," ujar komedian yang namanya berkibar di bawah bendera Warkop bersama almarhum Dono dan Kasino itu.Tahun 2004 adalah ibadah umrah Indro yang ketiga. Bahkan, ia menunaikan ibadah haji tahun sebelumnya. Lelaki kelahiran 8 Mei 1958 itu merasa bahagia bisa melakukan napak tilas perjalanan Nabi. Setiap kali sampai di multazam, Indro tak lupa mengucapkan doa khusus untuk Dono dan Kasino. "Mereka bukan cuma teman bagi gue, bahkan lebih dari saudara," ujarnya kepada Nordin Hidayat dari Gatra.Rupanya, Indro tak sekadar melakukan napak tilas perjalanan Nabi. Seusai menunaikan rukun wajib, ia mampir dulu ke gerai Harley-Davidson Saudi Arabia di Andalus St., Jeddah. Bersama istri dan ketiga anaknya, Handika "Hade" Indrajanthy Putri, Satya Paramita "Hada" Dwinita, dan Harleyano "Harley" Triandro, penggila motor gede (moge) itu membelanjakan 4120 riyalnya (lebih dari Rp 10 juta) untuk aksesoris moge koleksinya. Bagi pemilik tujuh moge itu, belanja aksesori Harley buat keluarga ibarat ritual tahunan.Lampu rumah keluarga Indro Warkop tampak terang. Di perumahan mewah Jalan Kayu Putih Tengah, Jakarta Timur, itu tampak tiga motor berdiri berjajar. Dua motor Harley Davidson dan satu motor Yamaha. Seekor burung kenari bertengger dalam sangkar yang bergantung tak jauh dari ketiga motor itu. Satu mobil Jeep putih buatan tahun 1981, terparkir di garasi terbuka. Ada lambang motor Harley Davidson berukuran besar yang terpaku di tembok garasi itu. Indro memang menggandrungi Harley Davidson. Berbagai aksesoris motor besar buatan Amerika itu pun menjadi penghias di ruang tamunya. Ada yang terbuat dari tembaga dan berbentuk lukisan biasa. Miniatur sepeda tua di dalam figura kaca, berdiri di meja kiri. Boneka berkepala singa, terpajang di meja sudut kanan. Siang itu, Indro duduk santai di samping pajangan boneka singa. Persis menghadap keluar rumah. Di rumahnya tak ada asbak rokok. Maklum, sejak dirinya didiagnosis terkena gejala penyakit jantung, ia berhenti merokok. 

Dialog atau Quotes Paling Memorable dari Film Warkop DKI


1. Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang

Saya yakin pasti Anda sudah familiar dengan slogan ini. Di setiap film warkop DKI pasti muncul tulisan ini. Slogan ini emang cocok buat film-film Warkop DKI. Siapa coba yang nggak ketawa kalo nonton film-film mereka? Meskipun sudah ditonton berkali-kali, tetep aja lucunya nggak ilang-ilang. Saya salut sama mereka. Kalo dipikir-pikir, slogan “Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang” tuh filosofis banget lho. Keliatannya emang sederhana dan kocak tapi sebenernya satir. Gak kebayang kan, kalo suatu saat nanti tertawa itu dilarang, hayo mau gimana, coba? Heheee…

2. Atas Nama Undang-Undang Menyerahlah, Kalo Tidak Menyerah Tak Bidik Koe!

Ini salah satu dialog yang diucapin Kasino di film Depan Bisa Belakang Bisa. Ceritanya Kasino lagi mengejar para kawanan penjahat hingga terjadi baku tembak. Sambil menodongkan pistol, Kasino berkata begini: “Atas nama Undang-Undang menyerahlah, kalo tidak menyerah tak bidik koe!” Berhenti… lemparkan senjata kalian. Kalian berhadapan dengan agen rahasia, “Depan Bisa Belakang Bisa”. Eh..ehh, nembak betulan lu ya! Hahahaaa… Nah disinilah terjadi baku tembak yang cukup sengit. Kasino sempet terdesak dan keteteran hingga akhirnya tertembak. Kemudian dia bilang begini: “tembak maning, gua jagoan mau apa luh?” Eh ternyata mereka lagi syuting rupanya, hahahaaa…
Dialog atau Quotes Paling Memorable dari Film Warkop DKI
Ini salah satu film favorit saya, ada banyak dialog atau celetukan-celetukan lucu di film ini, terutama celetukannya Mas Kasino. Misalnya ketika Kasino dapat bayaran honor kedua dari tuan Sato Mata. Terus dia buka jendela kantornya lihat ke kali tempat cewek-cewek mandi. Terus Kasino bilang gini “Tumben gak ada orang mandi ya? Gak tau gue abis dapet duit kali. Apa perlu gue bendung ini kali biar pada mandi disini semuanya”. Hahahahaaa…

3. Kadal Buntung, Kecoa Bunting!

Nah kalau yang ini adalah salah satu dialog yang diucapin Kasino di salah satu filmWarkop DKI pas dia lagi adegan marah-marah. Kocak banget kan? Dalam kondisi sedang marah-marah pun jadi kedengeran lucu. Emang kocak banget duaah…

4. Bego Dipiara, Kambing Dipiara Bisa Gemuk!

Kalo quote yang ini diucapin Kasino di film Pintar Pintar Bodoh. Dimana Kasino dan Dono sedang menyamar jadi pengamen atas perintah kliennya, kemudian Kasino menyanyikan sebuah lagu berjudul Nyanyian Kode. Yang mana nyanyian tersebut adalah kode atau isyarat dari Kasino buat Dono. Sayangnya hingga lagunya selesai Dono masih tidak mengerti juga maksud dari Kasino. Saking keselnya, Kasino bilang gini ke Dono: “Bego dipiara, kambing dipiara bisa gemuk”. Hahahaaaa…

5. Nyanyian Kode, Yang Baju Merah Jangan Sampe Lolos

Ini salah satu lagu yang terdapat di film Pintar Pintar Bodoh yang paling dikenang sampai saat ini. Adegan yang paling saya ingat adalah ketika Dono dan Kasino menyamar menjadi pengamen di Restoran Barbeque. Kemudian Kasino menyanyikan lagu Sukiyaki yang telah diubahnya menjadi lagu Nyanyian Kode lantaran Dono malah asyik menggoda salah satu pelanggan wanita, dan lupa mengawasi pasangan yang mereka buntuti tersebut. Semua pencinta Warkop DKI pasti tau sama lagu ini. Baca:Asal Mula Lagu Nyanyian Kode di Film Warkop DKI

6. Madonaaaaa.....

Siapa yang nggak ngakak liat adegan epik ini? Gimana gak ngakak coba, pesawat yang sudah take off saja bisa landing lagi dalam posisi mundur gara-gara teriakan Dono memanggil pacarnya yang ada di dalam pesawat. Sakti banget ya Mas Dono ini, hahahahaaa.

7. Gile Lu, Ndro!

Saking nempelnya dialog-dialog dan lawakan di film Warkop DKI, sampe sekarang saya masih sering menemukan orang yang menggunakan quote ‘Gile lu, Ndro’ buat lawakan sehari-hari. Apapun masalahnya, apapun konteksnya, kalo lagi ada sesuatu yang di luar kebiasaan atau sesuatu yang mencengangkan, quote ini sering dipake. Bener nggak?

8. Jangkrik Boss!

Jangkrik boss adalah cuplikan dialog dari film CHIPS. Ungkapan inilah yang menjadi ciri khas dari film ini. Ungkapan ini sering digunakan Kasino sebagai alasan ketika secara tidak sengaja Kasino memergoki sang boss yang sedang berpacaran di tengah hutan. Setiap kali Kasino menyahut "Jangkrik Boss" di depan sang boss, maka sang boss pasti akan memberikan uang tutup mulut agar Kasino tidak membuka rahasia si boss.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar